Okay, this is the last part of this story...
Maaf kalo ceritanya kurang menarik. Semoga ada hikmah yang bisa kalian dapatkan dari cerita ini :)
..........
Setiba
di kota tersebut waktu subuh di tanggal 29 Desember 2018, emak gue liatin
kos-an yang bakal gue tempatin. Berhubung barang-barang gue masih di kos-an
lama (yang kos-an gue dijajah), gue dan emak pergi ke kota B (kota tempat gue
tinggal di kos-an Belanda) yang menempuh jarak kurang lebih 5 jam untuk ngambil
barang-barang dikos-an lama naik mini bus,
dan balik malam itu juga naik bus besar untuk bawa barang-barang yang udah di
packing rapi, dan masih ada drama dibalik itu. Bus-nya ga mau bawa barang-barang
karena terlalu banyak, dan kondisi waktu itu juga mau tahun baru, jadi dengan
alasan bagasi ga muat. Beberapa loket bus didatangi mereka tetap menolak dengan
alasan bagasinya gak muat. Emak gue sontak nangis dan ga tega banget dong gue liatnya.
Saat itu juga gue langsung ngomong dan mohon agar bisa bawain barang-barang itu
ketujuan, finally, mereka setuju. dan
itu juga masih ada beberapa barang yang tinggal seperti tempat tidur gue (karena
ga muat dibagasi bus).
Setibanya
di terminal kota A lagi pada tanggal 30 Desember 2018 sekitar pukul 01.15 dini
hari, mak dan gue nyari becak buat angkutin barang-barang ke kos-an. Setiba
dikos-an, ibu kos ngasi gue dan emak tidur di kamar anaknya yang kosong waktu
itu (karena belum beres-beres kamar yang mau gue tempatin, jadi masih
luntang-lantung). Ya kita langsung istirahat. Di tanggal 30 Desember pukul 8
pagi, gue dan emak angkutin barang yang dibawa kemarin dan sedikit membersihkan
kamar itu, setelah selesai, gue dan mak pergi ke kota B “lagi” untuk mengambil
tempat tidur yang waktu itu ga bisa dibawa sama bus. Kebetulan juga gue punya
kenalan orang mini bus yang nganterin
gue balik ke Medan setelah lulus tes waktu itu dan gue punya nomornya. Langsung
gue telpon dong, ternyata dia punya saudara yang trayeknya waktu itu juga mau menuju
kota B, Alhamdulillah, setiap kesusahan pasti ada kemudahan yang diberikan Allah
pada hamba-Nya.
Langsung
berangkat ke kos-an Belanda pukul 9 pagi, setibanya disana sekitar pukul 14.30.
Gue ketemu sama temen dan numpang istirahat di kamarnya dia untuk beberapa
menit sebelum balik lagi ke kota A pada waktu itu juga (maklum aja, 2 hari
mondar-mandir kurang lebih 20 jam dijalanan, kebayang ga tuh asemnya gue
dijalan -_-). Belum puas lurusin pinggang (alias rebahan. Biar keren gue kasih
istilah Body horizontal saving mode,
wkwkwk), udah di telpon lagi sama abang supir mini bus-nya kalo setelah shalat ashar kita berangkat balik ke kota
A. gak lama, si abang supir nyampe dan membantu kami membawa barang yang mau
dibawa.
Tiba
di kota A pukul 10 malam, gue dan mak langsung bawa barang-barang ke kamar dan
mencoba tidur dikamar itu dalam keadaan berantakan. Yaaahh, mau bagaimana lagi?
Bisa dikatakan kami adalah super women
yang tidak mengenal lelah. Lelahnya kerasa setelah rebahan, tidur pules ga pake
banget sih (karena gue susah tidur kalo ditempat baru apa lagi kondisinya yang
masih berantakan).
Esok
paginya, ditanggal 31 Desember, pembersihan dimulai sebelum ngerasain nyamannya
berada dikamar itu. Ya, lagi-lagi hanya berdua dengan emak, kita bagi tugas
agar bisa cepat selesai, karena malam itu juga mak gue harus balik ke rumah
karena masih ada adik yang harus diurusin. Setelah kelar bebersih dari pagi
sampai sore, emak gue bersiap untuk berangkat balik ke kampung pukul 9 malam. And I spent my time for her in that time
before she goes back home. Dan disinilah gue ngerasain sakit sendiri pertama
kalinya, flu (karena cape juga 2 hari bolak-balik ke kota A dan B). Tepat
ditanggal 01 Januari 2019, gue demam sendirian sampe 2 hari (ya iyalah masa
berjama’ah…). Detail amat sampe sakit juga diceritain, dasar aku -_-.
Okee..
ini part terakhir dari perjalanan ku di tahun 2018 sampai di awal 2019. Sedikit
lagi yaa.. hehe
Jadi,
tanggal 04 Januari 2019 gue mulai aktif nguli di kota A. Mengikuti kegiatan
sekolah bersama pegawai yang lain, berkenalan, daaaaann….. nantikan lanjutan
ceritanya bagaimana kehidupan ku setelah benar-benar jauh dari orang tua.
Jadi
kesimpulan dari cerita ini adalah:
“Hidup
ga selalu mulus, apapun pencapaian yang didapatkan semuanya butuh proses. Memang,
orang hanya melihat dari apa yang sudah kita dapatkan. Tapi apakah mereka tahu
perjuangan dan ribetnya perjalanan yang harus kita tempuh? Semua orang punya
proses setiap apa yang ingin diperjuangkannya. Maka, janganlah iri atas
pencapaian orang lain. Ingat, kita juga memiliki prosesnya, hanya saja, apakah
kita sanggup menjalaninya atau tidak. Syukuri setiap sakit dan lelah, Tuhan
menguji mu karena Ia tahu bahwa kau sanggup menjalani. Tergantung pada diri
sendiri, mau melanjutkan perjuangan atau berhenti dengan sia-sia. Selagi masih
bernafas, ujian akan selalu ada. So, stop untuk mengeluh. Tak ada keberhasilan
yang mudah dicapai.”
Untuk
kalian yang baca blog ini, semangat terus atas apa yang sedang kalian capai. Sakit?
Lelah? Iya emang. Setiap perjuangan mu akan di hitung pahala oleh Tuhan. Dan
buatku, ini juga belum termasuk suatu keberhasilan yang aku capai. Masih ada
proses lain untuk mencapai keberhasilan yang lain. Aku hanya berbagi cerita
disini untuk kalian yang mungkin sedang lelah menghadapi kehidupan yang
sebenarnya. Don’t give up, kau terlahir bukan untuk jadi pecundang, tapi
sebagai pemenang :)
Okay
then, berakhir cerita gue sepanjang tahun 2018.
Please
comment if you are agree if I make the story about my life journey in 2019.
Atau,
kalo mau sharing pengalaman juga boleh dikolom komentar, entar dibales kok ;)
Jangan
lupa kunjungi Instagram: @seruputsenja_
Thanks
for reading guys…
Papay…
Komentar
Posting Komentar